Desa Krandegan

Kec. Bayan
Kab. Purworejo - Jawa Tengah

Artikel

Ini yang Terjadi di Jakarta 80 Tahun Silam, 16 Agustus 1945

DWINANTO

16 Agustus 2025

56 Kali dibuka

Pertengahan Agustus 1945, dunia sedang menyaksikan perubahan besar. Perang Dunia II yang berlangsung sejak 1939 hampir berakhir. Jepang, yang sejak tahun 1942 menduduki Indonesia, akhirnya berada di ambang kekalahan setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (9 Agustus). Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito menyatakan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Kabar ini segera sampai ke Jakarta melalui siaran radio luar negeri yang disadap oleh para pemuda. Bagi mereka, inilah saat yang ditunggu-tunggu : kesempatan emas untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun, jalan menuju proklamasi tidak mulus, karena muncul perbedaan pandangan antara golongan tua dan golongan muda.

Golongan Tua (Soekarno, Hatta, Dr. Radjiman, dan tokoh PPKI lainnya) memilih sikap hati-hati. Mereka berpendapat proklamasi sebaiknya dilakukan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945 agar tampak sah dan tidak menimbulkan konflik dengan Jepang.

Golongan Muda (Sutan Syahrir, Wikana, Chairul Saleh, Darwis, dkk.) menolak keras menunggu PPKI karena mereka menilai PPKI dibentuk oleh Jepang. Jika kemerdekaan diproklamasikan melalui PPKI, bangsa Indonesia bisa dicap “pemberian Jepang”, bukan hasil perjuangan sendiri.

Perdebatan ini semakin memanas pada malam 15 Agustus dan berlanjut hingga pagi 16 Agustus 1945 di Jakarta. 

Ketegangan memuncak ketika pemuda merasa Soekarno-Hatta terlalu lambat mengambil keputusan. Pada pagi 16 Agustus, para pemuda mengambil langkah drastis dengan “menculik” Soekarno dan Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok, sebuah kota kecil di Karawang.

Alasan pemindahan ini ada dua:

  1. Menjauhkan Soekarno-Hatta dari pengaruh Jepang, karena pemuda curiga tentara Jepang akan menekan mereka agar menunda proklamasi.
  2. Mendesak agar proklamasi dilakukan segera, tanpa menunggu PPKI.

Soekarno dibawa bersama istrinya Fatmawati dan putra mereka yang masih bayi, Guntur Soekarnoputra. Perjalanan dilakukan dengan mobil, menembus sawah dan desa yang jauh dari pengawasan militer Jepang. 

Di Jakarta, absennya Soekarno-Hatta menimbulkan kegelisahan. Ahmad Subardjo, seorang diplomat dan tokoh pergerakan yang memiliki hubungan baik dengan golongan muda, berusaha menjadi penengah. Ia berunding dengan Wikana dan kawan-kawan, dan akhirnya mencapai kesepakatan : proklamasi akan segera dilakukan di Jakarta, bukan di Rengasdengklok.

Ahmad Subardjo kemudian pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput kembali Soekarno-Hatta. Kepada para pemuda, ia memberikan jaminan bahwa proklamasi akan dilaksanakan paling lambat 17 Agustus 1945.

Menjelang malam, rombongan kembali ke Jakarta. Mereka langsung menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda, seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang bersimpati kepada perjuangan Indonesia. Maeda menyediakan rumahnya di Jalan Imam Bonjol (sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi) sebagai tempat yang aman untuk merumuskan naskah proklamasi.

Di rumah Laksamana Maeda pada malam 16 Agustus hingga dini hari 17 Agustus, berlangsung pertemuan bersejarah. Hadir di sana Soekarno, Hatta, Ahmad Subardjo, serta sejumlah tokoh pemuda.

Soekarno merumuskan kalimat pembuka proklamasi. Hatta membantu menyusun bahasa agar tegas dan jelas. Ahmad Subardjo memberikan saran akhir.

Akhirnya lahirlah teks singkat berisi pernyataan kemerdekaan Indonesia. Teks tersebut kemudian diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan kecil atas permintaan Hatta.

Hari itu Jakarta benar-benar tegang. Tentara Jepang masih bersenjata lengkap, menjaga ketertiban, dan dilarang memberi tahu rakyat bahwa Jepang sudah menyerah.

Rakyat Jakarta mulai mendengar kabar bahwa Jepang kalah, tetapi berita itu masih simpang siur.

Para pemuda bergerak secara diam-diam, mengadakan rapat-rapat di asrama Menteng 31 untuk menyiapkan aksi mendesak proklamasi.

iBsa dibayangkan betapa Jakarta pada hari itu menjadi kota yang penuh intrik, ketegangan, dan ketidakpastian. Namun, di balik semua itu, sejarah sedang ditulis.

Sejarah mencatat 16 Agustus 1945 bukan hanya sebagai “sehari sebelum proklamasi”, tetapi juga sebagai hari penentuan arah bangsa. Tanpa Peristiwa Rengasdengklok dan keberanian para pemuda mendesak Soekarno-Hatta, mungkin kemerdekaan Indonesia tidak diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Hari itu mengajarkan bahwa kemerdekaan lahir dari perpaduan kebijaksanaan golongan tua dan semangat revolusioner golongan muda. Jakarta menjadi saksi bahwa sebuah bangsa besar tidak lahir tanpa ketegangan, kompromi, dan keberanian mengambil keputusan. 

Pada 16 Agustus 1945, Jakarta berada di persimpangan sejarah. Di satu sisi ada ketakutan akan represi Jepang, di sisi lain ada desakan untuk segera merdeka. Malam itu, di rumah Laksamana Maeda, naskah proklamasi lahir — sebuah teks sederhana yang esok paginya mengguncang dunia. 

 

Kirim Komentar

Nama
Telp./HP
E-mail

Komentar

Captha

Komentar Facebook

Aparatur Desa

Kepala Desa

DWINANTO, S.E.

Sekretaris Desa

SYAMSUDIN, S.Pd.I

Kaur Tata Usaha dan Umum

SUYANTO

Kaur Keuangan

UTAMI HIKMAH

Kasi Pemerintahan

HENDRO TRIYANTORO

Kasi Kesejahteraan

SYAIFULLOH

Kaur Perencanaan

KARTIKA

Kadus I

KASMINTO

Kadus II

NGATIJO

Kadus III

MUSTANGIN

Kadus V

ARIYANI

Kadus VI

KUKUH WIDODO

Kasi Pelayanan

SISWANTO

Kadus IV

EKO BUDI SANTOSO

Tim IT

HENDRO PRABOWO

Tim IT

RAHAYU WIDAYANTI

Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri

Desa Krandegan

Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Media Sosial

Statistik Pengunjung

Hari ini:2.944
Kemarin:2.666
Total:278.681
Sistem Operasi:Unknown Platform
IP Address:216.73.216.141
Browser:Mozilla 5.0

Jam Kerja

Hari Mulai Selesai
Senin 08:00:00 16:00:00
Selasa 08:00:00 16:00:00
Rabu 08:00:00 16:00:00
Kamis 08:00:00 16:00:00
Jumat 08:00:00 14:30:00
Sabtu Libur
Minggu Libur

Transparansi Anggaran

APBDes 2025 Pelaksanaan

Pendapatan

AnggaranRealisasi
Rp 1.890.455.900,00Rp 1.101.361.080,00

Belanja

AnggaranRealisasi
Rp 1.969.090.465,00Rp 615.433.308,00

Pembiayaan

AnggaranRealisasi
Rp 38.094.350,00Rp 58.380.000,00

APBDes 2025 Pendapatan

Hasil Usaha Desa

AnggaranRealisasi
Rp 100.800.000,00Rp 100.800.000,00

Hasil Aset Desa

AnggaranRealisasi
Rp 226.500.000,00Rp 100.000.000,00

Dana Desa

AnggaranRealisasi
Rp 1.055.481.000,00Rp 633.288.600,00

Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi

AnggaranRealisasi
Rp 34.967.500,00Rp 0,00

Alokasi Dana Desa

AnggaranRealisasi
Rp 411.407.400,00Rp 247.272.480,00

Bantuan Keuangan Kabupaten/kota

AnggaranRealisasi
Rp 60.000.000,00Rp 20.000.000,00

Penerimaan Dari Hasil Kerjasama Antar Desa

AnggaranRealisasi
Rp 700.000,00Rp 0,00

Bunga Bank

AnggaranRealisasi
Rp 600.000,00Rp 0,00

APBDes 2025 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa

AnggaranRealisasi
Rp 897.743.565,00Rp 208.410.308,00

Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

AnggaranRealisasi
Rp 191.363.700,00Rp 82.092.000,00

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa

AnggaranRealisasi
Rp 589.871.200,00Rp 223.472.000,00

Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

AnggaranRealisasi
Rp 239.712.000,00Rp 89.759.000,00

Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa

AnggaranRealisasi
Rp 50.400.000,00Rp 11.700.000,00

Lokasi Kantor Desa

Latitude:-7.752851310321888
Longitude:109.92266267538072

Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo - Jawa Tengah

Buka Peta

Wilayah Desa